Rabu, 12 Mei 2010

tugas akk

tugas akk dr pak wid.... dosen terdisiplin.............I. Identifikasi Angka Kematian Bayi
a. Pengertian AKB
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.
Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
b. Keadaan dan kecenderungan
Kematian balita dan bayi. Pada tahun 1960 angka kematian balita (AKB) masih sangat tinggi yaitu 216 per 1000 kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 menunjukkan terjadinya penurunan AKB hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup pada periode 1998-2002. Rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah sebesar 7 persen per tahun, lebih tinggi dari dekade sebelumnya sebesar 4 persen per tahun. Pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC) yaitu 65 per 1000 kelahiran hidup.

.






Gambar 1. Kecenderungan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita

Angka kematian bayi juga menurun tajam menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada kurun 1998-2002. Walaupun begitu, angka kematian bayi ini masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. Variasi kematian bayi antar propinsi masih cukup besar, dengan kematian paling tinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat yaitu hampir lima kali lebih tinggi dari angka kematian bayi di Yogyakarta.








gb. 2 Graffik kecenderungan AKB
Tingginya kematian anak pada usia hingga satu tahun,menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, di tahun 2010 angka kematian bayi masih 32 per 1.000 kelahiran hidup.




II. Pneumonia Penyebab utama Tingginya AKB
a. Penyebab2 AKB










Gb 3. bagan factor penyebab AKB
Penyebab kematian bayi dipengaruhi oleh multi factor, tidak bisa dipungkiri bahwa bayi manusia merupakan bayi terlemah diantara bayi bayi makhluk hidup lainnya. Bayi manusia sangat rentan dengan berbagai hal, sehingga salah sedikit saja factor yang mendukung kelangsungan hidup teganggu, dapat menyebabkan hal yang fatal yaitu kematian bayi.
Berikut ini beberapa kondisi yang menyebabkan angka kematian bayi masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya;
Faktor perilaku manusia, masih rendahnya pengetahuan serta kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, terutama pada bayi. Perilaku ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Negara Indonesia merupakan Negara yang multi cultural, beragamnya cultural di Indonesia mempunyai citra positif tersendiri, namun di lain pihak seringkali cultural merupakan tindakan tindakan yang tidak mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Seperti kebiasaan minum air mentah dari pada air yang sudah dimasak, lebih senang melahirkan di dukun dari pada di tenaga medis, tidak memeriksakan kandungan sesuai dengan yang disarankan, dsb.
Factor pelayanan kesehatan, rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia, terutama di wilayah terpencil dan untuk orang miskin. Angka kematian bayi pada kelompok termiskin adalah 61 per 1.000 kelahiran hidup, jauh lebih tinggi daripada golongan terkaya sebesar 17 per 1.000 kelahiran hidup. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin ini terutama disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan karena kendala kendala biaya (cost barrier), geografis dan transportasi.
Faktor Penyakit, penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian balita dan bayi seperti infeksi saluran pernafasan akut, diare dan tetanus,. Tiga penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75% kematian bayi. Pola penyebab utama kematian balita juga hampir sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare, penyakit syaraf – termasuk meningitis dan encephalitis – dan tifus.;
Faktor lingkungan, kebersihan lingkungan sangat berperan dalam masalah kesehatan individual serta menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam penularan penyakit. Penyakit penyakit yang tersebut di atas lebih sering terjadi pada kelompok status sosial rendah/ kemiskinan.


b. Pneumonia penyebab utama
Salah satu penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyebab kematian utama pada bayi usia di bawah lima tahun (Balita) adalah pneumonia khususnya di negara-negara berkembang.
Infeksi pneumokokus merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan bakteri Streptococcus pneumoniae, yang dikenal juga sebagai pneumokokus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, infeksi pneumokokus menyebabkan sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun, 700.000 hingga satu juta di antaranya adalah anak usia di bawah lima tahun (balita). Infeksi pneumokokus mayoritas terjadi di negara berkembang.
Pneumonia adalah penyakit saluran nafas bagian bawah. Pneumonia seolah menjadi penyakit yang 'terlupakan', padahal sekitar dua juta Balita setiap tahun meninggal dunia, karena penyakit itu jauh melebihi kematian yang disebabkan AIDS, Malaria dan Campak, kata dr. IGG Djelantik Sp A,C, Kamis (23/10).
Di kawasan Asia - Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000 Balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak setiap jam.
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus. Secara nasional angka kejadian Pneumonia belum diketahui secara pasti, data yang ada baru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-PL Depkes RI tahun 2007.
Dalam laporan tersebut disebutkan, dari 31 provinsi ditemukan 477.429 anak Balita dengan pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh Balita di Indonesia. Proporsinya 35,02 persen pada usia di bawah satu tahun dan 64,97 persen pada usia satu hingga empat tahun.
Di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang merupakan provinsi dengan angka kematian Balita tertinggi (102/1.000 kelahiran hidup) di Indonesia, angka kejadian pneumonia berat 21 per 100 anak yang di-observasi selama satu tahun.
Pneumonia yang dirawat di rumah sakit 83 per 100 anak dan Pneumonia yang secara radiologik menunjukkan 18 per 100 anak yang di-observasi selama satu tahun. Tidak mengherankan kalau di NTB, pneumonia juga merupakan penyebab kesakitan dan kematian terbanyak pada Balita.
Lebih lanjut dikatakan, dengan mengutip data-data WHO dan Unicef, 50 persen dari Pneumonia disebabkan oleh kuman 'Streptokokus pneumoniaen' (IPD) dan 30 persen oleh Haemophylus Influenza type B (Hib), sisanya oleh virus dan penyebab lain.
Bakteri pneumokokus secara normal berada di tenggorokan dan rongga hidung (saluran napas bagian atas) pada anak dan dewasa sehat, sehingga infeksi pneumokokus dapat menyerang siapa saja dan dimana saja, tanpa memandang status sosial. Percikan ludah sewaktu bicara, bersin dan batuk dapat memindahkan kuman ke orang lain melalui udara. Terlebih dari orang yang berdekatan misalnya tinggal serumah, tempat bermain, dan sekolah. Jadi, siapa pun dapat menularkan kuman pneumokokus.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko penularan pneumokokus diantaranya adalah anak usia di bawah lima tahun (balita); mal, tempat penitipan anak/playgroup; polusi dan lingkungan perokok; bayi lahir prematur; bayi yang tidak mendapatkan ASI; hunian padat; pergantian cuaca; musim hujan; serta penderita penyakit kronis seperti asma, HIV, penyakit gangguan darah, jantung dan sistem imunologi.
Pneumonia (radang paru), menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal. Pneumonia menjadi penyebab 1 dari 5 kematian pada anak balita. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang sering menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).
Dalam tuntutan menurunkan angka kematian Balita menjadi duapertiga pada tahun 2015, maka sudah seharusnya semua negara, khususnya negara-negara berkembang, kembali memberikan perhatian terhadap pneumonia.

III. Solusi dari Akar Permasalahan
a. Target
Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, di tahun 2010 angka kematian bayi masih 32 per 1.000 kelahiran hidup.














Gb 3. prospek AKB di Indonesia

b. Solusi
Kesehatan sangat penting bagi seseorang, oleh karena itu perlu diperhatikan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, baik itu kesehatan diri sendiri, keluarga maupun lingkungan.
Perlindungan dan pelayanan kesehatan bagi golongan miskin dan kelompok rentan diperdesaan dan wilayah terpencil, serta kantong-kantong kemiskinan di daerah perkotaan,merupakan salah satu strategi kunci untuk menurunkan angka kematian anak.
Penerapan desentralisasi kesehatan menjadi tantangan yang cukup berat bagi pelayanan kesehatan secara umum karena pembagian tugas dan wewenang di bidang kesehatan yang belum sepenuhnya dipahami. Selain perlunya intervensi yang cost-effective, kerjasama lintas sektor bagi upaya penanggulangan kemiskinan akan sangat berperan dalam peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak secara umum
Mengurangi resiko ispa. bisa dilakukan dengan menjaga imunitas agar tetap tinggi, menjaga agar lingkungan tetap bersih dan beberapa upaya lainnya.

c. Proses penyelesaian masalah
Salah satu penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyebab kematian utama pada bayi usia di bawah lima tahun (Balita) adalah pneumonia khususnya di negara-negara berkembang. Artinya perlu ada perhatian khusus pada Pneumonia. Untuk itu diadakannya “Gebrakan Brantas Pneumonia”, yang diantaranya ada beberapa tahap berikut;
Sebelum melakukan sesuatu program terlebih dahulu harus mengkomunikasikan maksud dan tujuan dari suatu program. Untuk itu perlu diadakan peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang Pneumonia, bisa diiklankan di televisi, melalui puskesmas, posyandu dan juga perangkat desa. Pengetahuan itu berupa ciri ciri Pneumonia, cara pencegahan dan juga tindakan yang harus dilakukan apabila terlanjur mengidap Pneumonia.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pemberian imunisasi Hib dan IPD untuk mencegah terserang pneumonia. Dimana ini sangat diperlukan, terutama pada daerah yang mungkin kumuh atau kurang aksess yankes. Petugas kesehatan harus secara tanggap terhadap diagnosis penyakit bayi dan penerapan Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) dalam menangani Balita sakit, jangan sampai ada istilah terlambat penanganan. Disamping itu juga perlu adanya suatu desa siaga dan keluarga siaga. Dimana para anggota keluarga tidak boleh mengganggap remeh apabila bayi mereka sakit, segera mungkin harus diperiksakan ke tenaga medis. Aparat desa harus memperhatikan kesejahteraan warganya dan membantu dalam proses aksess kesehatan apabila ada bayi yang sakit.
Aparat beserta warga menjaga lingkungan, menjaga kebersihan dan hindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit. Pastikan orang yang akan menyentuh bayi dalam keadaan bersih. Mewajibkan setiap rumah untuk mempunyai cendela sebagai sirkulasi udara dalam rumah serta menjaga imunitas bayi dengan nutrisi yang cukup.
Sebenarnya masalah kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks, perlu adanya kerjasama antara bidang kesehatan, tata letak lingkungan, ekonomi, serta pengetahuan dan kesadaran masyrakat. Tanpa semuanya bersatu tidak akan pernah di dapat kesehatan yang di idam idamkan.











IV. Daftar Pustaka
 KapanLagi.com - Pneumonia
 ranking_Infant_Mortality_Rate_aall_files/ads.htm
 info@puskom.depkes.go.id
 CIANJUR—bkkbn online : Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,
 http://www.undp.or.id/pubs/imdg2005/BI/TUJUAN%204.pdf
 http://prov.bkkbn.go.id
 http://www.menkokesra.go.id
 nita-medicastore.com
 Cunha, Burke. The Atypical Pneumonias, An Issue of Infectious Disease Clinics .2007
 UNICEF/WHO.Pneumonia The Forgotten Killer of Children.2006








by anna mahsusoh FKM 2009

Tidak ada komentar: