target selanjutnya.... hafalan ini nich....... ayo semangat tinggal dikit lagi.....
Firman Allah SWT dalam surat Al-Araf ayat 180 :
"Allah mempunyai asmaul husna, maka bermohonlah kepadaNya dengan menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-namaNya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan".
Berikut ini adalah 99 nama Allah SWT beserta artinya :
1. Ar-Rahman (Ar Rahman) Artinya Yang Maha Pemurah
2. Ar-Rahim (Ar Rahim) Artinya Yang Maha Mengasihi
3. Al-Malik (Al Malik) Artinya Yang Maha Menguasai / Maharaja Teragung
4. Al-Quddus (Al Quddus) Artinya Yang Maha Suci
5. Al-Salam (Al Salam) Artinya Yang Maha Selamat Sejahtera
6. Al-Mu'min (Al Mukmin) Artinya Yang Maha Melimpahkan Keamanan
7. Al-Muhaimin (Al Muhaimin) Artinya Yang Maha Pengawal serta Pengawas
8. Al-Aziz (Al Aziz) Artinya Yang Maha Berkuasa
9. Al-Jabbar (Al Jabbar) Artinya Yang Maha Kuat Yang Menundukkan Segalanya
10. Al-Mutakabbir (Al Mutakabbir) Artinya Yang Melengkapi Segala kebesaranNya
11. Al-Khaliq (Al Khaliq) Artinya Yang Maha Pencipta
12. Al-Bari (Al Bari) Artinya Yang Maha Menjadikan
13. Al-Musawwir (Al Musawwir) Artinya Yang Maha Pembentuk
14. Al-Ghaffar (Al Ghaffar) Artinya Yang Maha Pengampun
15. Al-Qahhar (Al Qahhar) Artinya Yang Maha Perkasa
16. Al-Wahhab (Al Wahhab) Artinya Yang Maha Penganugerah
17. Al-Razzaq (Al Razzaq) Artinya Yang Maha Pemberi Rezeki
18. Al-Fattah (Al Fattah) Artinya Yang Maha Pembuka
19. Al-'Alim (Al Alim) Artinya Yang Maha Mengetahui
20. Al-Qabidh (Al Qabidh) Artinya Yang Maha Pengekang
21. Al-Basit (Al Basit) Artinya Yang Maha Melimpah Nikmat
22. Al-Khafidh (Al Khafidh) Artinya Yang Maha Perendah / Pengurang
23. Ar-Rafi' (Ar Rafik) Artinya Yang Maha Peninggi
24. Al-Mu'izz (Al Mu'izz) Artinya Yang Maha Menghormati / Memuliakan
25. Al-Muzill (Al Muzill) Artinya Yang Maha Menghina
26. As-Sami' (As Sami) Artinya Yang Maha Mendengar
27. Al-Basir (Al Basir) Artinya Yang Maha Melihat
28. Al-Hakam (Al Hakam) Artinya Yang Maha Mengadili
29. Al-'Adl (Al Adil) Artinya Yang Maha Adil
30. Al-Latif (Al Latif) Artinya Yang Maha Lembut serta Halus
31. Al-Khabir (Al Khabir) Artinya Yang Maha Mengetahui
32. Al-Halim (Al Halim) Artinya Yang Maha Penyabar
33. Al-'Azim (Al Azim) Artinya Yang Maha Agung
34. Al-Ghafur (Al Ghafur) Artinya Yang Maha Pengampun
35. Asy-Syakur (Asy Syakur) Artinya Yang Maha Bersyukur
36. Al-'Aliy (Al Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
37. Al-Kabir (Al Kabir) Artinya Yang Maha Besar
38. Al-Hafiz (Al Hafiz) Artinya Yang Maha Memelihara
39. Al-Muqit (Al Muqit) Artinya Yang Maha Menjaga
40. Al-Hasib (Al Hasib) Artinya Yang Maha Penghitung
41. Al-Jalil (Al Jalil) Artinya Yang Maha Besar serta Mulia
42. Al-Karim (Al Karim) Artinya Yang Maha Pemurah
43. Ar-Raqib (Ar Raqib) Artinya Yang Maha Waspada
44. Al-Mujib (Al Mujib) Artinya Yang Maha Pengkabul
45. Al-Wasi' (Al Wasik) Artinya Yang Maha Luas
46. Al-Hakim (Al Hakim) Artinya Yang Maha Bijaksana
47. Al-Wadud (Al Wadud) Artinya Yang Maha Penyayang
48. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
49. Al-Ba'ith (Al Baith) Artinya Yang Maha Membangkitkan Semula
50. Asy-Syahid (Asy Syahid) Artinya Yang Maha Menyaksikan
51. Al-Haqq (Al Haqq) Artinya Yang Maha Benar
52. Al-Wakil (Al Wakil) Artinya Yang Maha Pentadbir
53. Al-Qawiy (Al Qawiy) Artinya Yang Maha Kuat
54. Al-Matin (Al Matin) Artinya Yang Maha Teguh
55. Al-Waliy (Al Waliy) Artinya Yang Maha Melindungi
56. Al-Hamid (Al Hamid) Artinya Yang Maha Terpuji
57. Al-Muhsi (Al Muhsi) Artinya Yang Maha Penghitung
58. Al-Mubdi (Al Mubdi) Artinya Yang Maha Pencipta dari Asal
59. Al-Mu'id (Al Muid) Artinya Yang Maha Mengembali dan Memulihkan
60. Al-Muhyi (Al Muhyi) Artinya Yang Maha Menghidupkan
61. Al-Mumit (Al Mumit) Artinya Yang Mematikan
62. Al-Hayy (Al Hayy) Artinya Yang Senantiasa Hidup
63. Al-Qayyum (Al Qayyum) Artinya Yang Hidup serta Berdiri Sendiri
64. Al-Wajid (Al Wajid) Artinya Yang Maha Penemu
65. Al-Majid (Al Majid) Artinya Yang Maha Mulia
66. Al-Wahid (Al Wahid) Artinya Yang Maha Esa
67. Al-Ahad (Al Ahad) Artinya Yang Tunggal
68. As-Samad (As Samad) Artinya Yang Menjadi Tumpuan
69. Al-Qadir (Al Qadir) Artinya Yang Maha Berupaya
70. Al-Muqtadir (Al Muqtadir) Artinya Yang Maha Berkuasa
71. Al-Muqaddim (Al Muqaddim) Artinya Yang Maha Menyegera
72. Al-Mu'akhkhir (Al Muakhir) Artinya Yang Maha Penangguh
73. Al-Awwal (Al Awwal) Artinya Yang Pertama
74. Al-Akhir (Al Akhir) Artinya Yang Akhir
75. Az-Zahir (Az Zahir) Artinya Yang Zahir
76. Al-Batin (Al Batin) Artinya Yang Batin
77. Al-Wali (Al Wali) Artinya Yang Wali / Yang Memerintah
78. Al-Muta'ali (Al Muta Ali) Artinya Yang Maha Tinggi serta Mulia
79. Al-Barr (Al Barr) Artinya Yang banyak membuat kebajikan
80. At-Tawwab (At Tawwab) Artinya Yang Menerima Taubat
81. Al-Muntaqim (Al Muntaqim) Artinya Yang Menghukum Yang Bersalah
82. Al-'Afuw (Al Afuw) Artinya Yang Maha Pengampun
83. Ar-Ra'uf (Ar Rauf) Artinya Yang Maha Pengasih serta Penyayang
84. Malik-ul-Mulk (Malikul Mulk) Artinya Pemilik Kedaulatan Yang Kekal
85. Dzul-Jalal-Wal-Ikram (Dzul Jalal Wal Ikram) Artinya Yang Mempunyai Kebesaran dan Kemuliaan
86. Al-Muqsit (Al Muqsit) Artinya Yang Maha Saksama
87. Al-Jami' (Al Jami) Artinya Yang Maha Pengumpul
88. Al-Ghaniy (Al Ghaniy) Artinya Yang Maha Kaya Dan Lengkap
89. Al-Mughni (Al Mughni) Artinya Yang Maha Mengkayakan dan Memakmurkan
90. Al-Mani' (Al Mani) Artinya Yang Maha Pencegah
91. Al-Darr (Al Darr) Artinya Yang Mendatangkan Mudharat
92. Al-Nafi' (Al Nafi) Artinya Yang Memberi Manfaat
93. Al-Nur (Al Nur) Artinya Cahaya
94. Al-Hadi (Al Hadi) Artinya Yang Memimpin dan Memberi Pertunjuk
95. Al-Badi' (Al Badi) Artinya Yang Maha Pencipta Yang Tiada BandinganNya
96. Al-Baqi (Al Baqi) Artinya Yang Maha Kekal
97. Al-Warith (Al Warith) Artinya Yang Maha Mewarisi
98. Ar-Rasyid (Ar Rasyid) Artinya Yang Memimpin Kepada Kebenaran
99. As-Sabur (As Sabur) Artinya Yang Maha Penyabar / Sabar
Read More......
Rabu, 26 Mei 2010
Dakwah fardiyah
Dakwah fardiyah
Dakwah fardiyah adalah dakwah yang dilakukan secara individual, cakupannya relatif lebih kecil dan hasilnya yang lebih lambat. Dalam dakwah fardiyahlah keislaman seorang Da’I benar benar teruji keikhlasannya, karena dalam dakwah ini sang Da’I tidak nampak oleh orang banyak dan bekerja tanpa menunggu atau mengharapkankeuntungan meterial dari orang lain. Keuntungan dakwah fardiyah adalah orang yang didakwahi yang biasanya disebut mad’u merasa diperhatikan khusus oleh sang da’I dan secara psikologis akan memberi dampak yang positif. Arahan dan bimbingan lebih fokus, mad’u dapat meminta penjelasan langsung tentang masalah yang dihadapi dan efektif serta efisien (tak perlu biaya). Dapat dilakukan dalam segala situasi, kapan dan dimanapun dalam setiap peluang dan kesempatan sang Da’i.
Dakwah fardiyah di kampus
Dakwah fardiyah di kampus yang biasanya dilakukan oleh aktifis dakwah kampus secara garis besar ada beberapa langkiah cara. Yang pertama adalah melakukan pemetaan kampus gunanya untuk memetakan sasaran dakwah fardiyah yang akan dilakukan. Setidaknya ini dilakukan setiap semester atau yang lebih umum disetiap penerimaan mahasiswa baru. Setelah mengetahui kondisi medan dakwah selanjutnya adalah memilih mahasiswa-mahasiswa yang potensial untuk dilakukan pendekatan pribadi. Mahasiswa berpotensial itu adalah yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan mempunyai fitrah yang baik untuk dikembangkan ke arah yang islami walau sekarang mungkin perilakunya belu m islami. Pada tahap awal melakukan dakwah fardiyah untuk mahasiswa baru, biasanya seorang aktifis dakwah kampus menggunakan pendekatan jasa dimana tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa baru sangat membutuhkan seniornya seperti informasi tentang fasilitas fasilitas kampus.
Tahap selanjutnya adalah pemberian pendekatan akademik. Adalah pemberian bimbingan pelajaran yang dianggap sulit. Ini dilakukan dengan adanya mentoring-mentoring dan tentunya dalam mentoring tersebut diselipkan hal hal yang bisa menyentuh fitrah keislaman. Mentoring dilakukan secara terus menerus dan tidak putus sehingga keistiqomahan seseorang bisa terjaga dan lebih tepatnya saling menjaga.
Dalam dakwah fardiyah diperlukan juga yang namanya persiapan. Meliputi persiapan diri sendiri berupa menambah hafalan hafalan, menata bahasa bicara dengan baik, menambah pengetahuan tentang agama yang lebih mendalam dan setiap saat selalu berusaha juga untuk menjadi lebih baik.
Sebagai contoh dakwah fardiyah sederhana yang dilakukan adalah dengan penampilan, cara memakai baju, cara berjalan itupun bisa menjadi jalan untuk dakwah. Ketika seorang muslimah berpakaian sesuai yang disyariahkan maka dia secara tidak langsung juga memenuhi kewajibannya untuk berdakwah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan memakai pakaian yang muslim, mengirim SMS SMS taujih, bertutur kata yang baik, bersedia mendengarkan permasalahannya dan mencoba menyelesaikannya dengan cara yang islami, menjadi pengingat ketika ada kesalahan yang dilakukuan dll. Dan perlu digarisbawahi bahwa semua orang bisa melakukan tindakan tindakan tersebut. Yang jadi masalah hanyalah mau atau tidak??????????
Read More......
Dakwah fardiyah adalah dakwah yang dilakukan secara individual, cakupannya relatif lebih kecil dan hasilnya yang lebih lambat. Dalam dakwah fardiyahlah keislaman seorang Da’I benar benar teruji keikhlasannya, karena dalam dakwah ini sang Da’I tidak nampak oleh orang banyak dan bekerja tanpa menunggu atau mengharapkankeuntungan meterial dari orang lain. Keuntungan dakwah fardiyah adalah orang yang didakwahi yang biasanya disebut mad’u merasa diperhatikan khusus oleh sang da’I dan secara psikologis akan memberi dampak yang positif. Arahan dan bimbingan lebih fokus, mad’u dapat meminta penjelasan langsung tentang masalah yang dihadapi dan efektif serta efisien (tak perlu biaya). Dapat dilakukan dalam segala situasi, kapan dan dimanapun dalam setiap peluang dan kesempatan sang Da’i.
Dakwah fardiyah di kampus
Dakwah fardiyah di kampus yang biasanya dilakukan oleh aktifis dakwah kampus secara garis besar ada beberapa langkiah cara. Yang pertama adalah melakukan pemetaan kampus gunanya untuk memetakan sasaran dakwah fardiyah yang akan dilakukan. Setidaknya ini dilakukan setiap semester atau yang lebih umum disetiap penerimaan mahasiswa baru. Setelah mengetahui kondisi medan dakwah selanjutnya adalah memilih mahasiswa-mahasiswa yang potensial untuk dilakukan pendekatan pribadi. Mahasiswa berpotensial itu adalah yang memiliki kemampuan penalaran tinggi dan mempunyai fitrah yang baik untuk dikembangkan ke arah yang islami walau sekarang mungkin perilakunya belu m islami. Pada tahap awal melakukan dakwah fardiyah untuk mahasiswa baru, biasanya seorang aktifis dakwah kampus menggunakan pendekatan jasa dimana tidak bisa dipungkiri bahwa mahasiswa baru sangat membutuhkan seniornya seperti informasi tentang fasilitas fasilitas kampus.
Tahap selanjutnya adalah pemberian pendekatan akademik. Adalah pemberian bimbingan pelajaran yang dianggap sulit. Ini dilakukan dengan adanya mentoring-mentoring dan tentunya dalam mentoring tersebut diselipkan hal hal yang bisa menyentuh fitrah keislaman. Mentoring dilakukan secara terus menerus dan tidak putus sehingga keistiqomahan seseorang bisa terjaga dan lebih tepatnya saling menjaga.
Dalam dakwah fardiyah diperlukan juga yang namanya persiapan. Meliputi persiapan diri sendiri berupa menambah hafalan hafalan, menata bahasa bicara dengan baik, menambah pengetahuan tentang agama yang lebih mendalam dan setiap saat selalu berusaha juga untuk menjadi lebih baik.
Sebagai contoh dakwah fardiyah sederhana yang dilakukan adalah dengan penampilan, cara memakai baju, cara berjalan itupun bisa menjadi jalan untuk dakwah. Ketika seorang muslimah berpakaian sesuai yang disyariahkan maka dia secara tidak langsung juga memenuhi kewajibannya untuk berdakwah.
Beberapa hal yang dapat dilakukan adalah dengan memakai pakaian yang muslim, mengirim SMS SMS taujih, bertutur kata yang baik, bersedia mendengarkan permasalahannya dan mencoba menyelesaikannya dengan cara yang islami, menjadi pengingat ketika ada kesalahan yang dilakukuan dll. Dan perlu digarisbawahi bahwa semua orang bisa melakukan tindakan tindakan tersebut. Yang jadi masalah hanyalah mau atau tidak??????????
Read More......
Rabu, 12 Mei 2010
tugas akk
tugas akk dr pak wid.... dosen terdisiplin.............I. Identifikasi Angka Kematian Bayi
a. Pengertian AKB
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.
Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
b. Keadaan dan kecenderungan
Kematian balita dan bayi. Pada tahun 1960 angka kematian balita (AKB) masih sangat tinggi yaitu 216 per 1000 kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 menunjukkan terjadinya penurunan AKB hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup pada periode 1998-2002. Rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah sebesar 7 persen per tahun, lebih tinggi dari dekade sebelumnya sebesar 4 persen per tahun. Pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC) yaitu 65 per 1000 kelahiran hidup.
.
Gambar 1. Kecenderungan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita
Angka kematian bayi juga menurun tajam menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada kurun 1998-2002. Walaupun begitu, angka kematian bayi ini masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. Variasi kematian bayi antar propinsi masih cukup besar, dengan kematian paling tinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat yaitu hampir lima kali lebih tinggi dari angka kematian bayi di Yogyakarta.
gb. 2 Graffik kecenderungan AKB
Tingginya kematian anak pada usia hingga satu tahun,menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, di tahun 2010 angka kematian bayi masih 32 per 1.000 kelahiran hidup.
II. Pneumonia Penyebab utama Tingginya AKB
a. Penyebab2 AKB
Gb 3. bagan factor penyebab AKB
Penyebab kematian bayi dipengaruhi oleh multi factor, tidak bisa dipungkiri bahwa bayi manusia merupakan bayi terlemah diantara bayi bayi makhluk hidup lainnya. Bayi manusia sangat rentan dengan berbagai hal, sehingga salah sedikit saja factor yang mendukung kelangsungan hidup teganggu, dapat menyebabkan hal yang fatal yaitu kematian bayi.
Berikut ini beberapa kondisi yang menyebabkan angka kematian bayi masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya;
Faktor perilaku manusia, masih rendahnya pengetahuan serta kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, terutama pada bayi. Perilaku ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Negara Indonesia merupakan Negara yang multi cultural, beragamnya cultural di Indonesia mempunyai citra positif tersendiri, namun di lain pihak seringkali cultural merupakan tindakan tindakan yang tidak mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Seperti kebiasaan minum air mentah dari pada air yang sudah dimasak, lebih senang melahirkan di dukun dari pada di tenaga medis, tidak memeriksakan kandungan sesuai dengan yang disarankan, dsb.
Factor pelayanan kesehatan, rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia, terutama di wilayah terpencil dan untuk orang miskin. Angka kematian bayi pada kelompok termiskin adalah 61 per 1.000 kelahiran hidup, jauh lebih tinggi daripada golongan terkaya sebesar 17 per 1.000 kelahiran hidup. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin ini terutama disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan karena kendala kendala biaya (cost barrier), geografis dan transportasi.
Faktor Penyakit, penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian balita dan bayi seperti infeksi saluran pernafasan akut, diare dan tetanus,. Tiga penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75% kematian bayi. Pola penyebab utama kematian balita juga hampir sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare, penyakit syaraf – termasuk meningitis dan encephalitis – dan tifus.;
Faktor lingkungan, kebersihan lingkungan sangat berperan dalam masalah kesehatan individual serta menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam penularan penyakit. Penyakit penyakit yang tersebut di atas lebih sering terjadi pada kelompok status sosial rendah/ kemiskinan.
b. Pneumonia penyebab utama
Salah satu penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyebab kematian utama pada bayi usia di bawah lima tahun (Balita) adalah pneumonia khususnya di negara-negara berkembang.
Infeksi pneumokokus merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan bakteri Streptococcus pneumoniae, yang dikenal juga sebagai pneumokokus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, infeksi pneumokokus menyebabkan sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun, 700.000 hingga satu juta di antaranya adalah anak usia di bawah lima tahun (balita). Infeksi pneumokokus mayoritas terjadi di negara berkembang.
Pneumonia adalah penyakit saluran nafas bagian bawah. Pneumonia seolah menjadi penyakit yang 'terlupakan', padahal sekitar dua juta Balita setiap tahun meninggal dunia, karena penyakit itu jauh melebihi kematian yang disebabkan AIDS, Malaria dan Campak, kata dr. IGG Djelantik Sp A,C, Kamis (23/10).
Di kawasan Asia - Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000 Balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak setiap jam.
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus. Secara nasional angka kejadian Pneumonia belum diketahui secara pasti, data yang ada baru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-PL Depkes RI tahun 2007.
Dalam laporan tersebut disebutkan, dari 31 provinsi ditemukan 477.429 anak Balita dengan pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh Balita di Indonesia. Proporsinya 35,02 persen pada usia di bawah satu tahun dan 64,97 persen pada usia satu hingga empat tahun.
Di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang merupakan provinsi dengan angka kematian Balita tertinggi (102/1.000 kelahiran hidup) di Indonesia, angka kejadian pneumonia berat 21 per 100 anak yang di-observasi selama satu tahun.
Pneumonia yang dirawat di rumah sakit 83 per 100 anak dan Pneumonia yang secara radiologik menunjukkan 18 per 100 anak yang di-observasi selama satu tahun. Tidak mengherankan kalau di NTB, pneumonia juga merupakan penyebab kesakitan dan kematian terbanyak pada Balita.
Lebih lanjut dikatakan, dengan mengutip data-data WHO dan Unicef, 50 persen dari Pneumonia disebabkan oleh kuman 'Streptokokus pneumoniaen' (IPD) dan 30 persen oleh Haemophylus Influenza type B (Hib), sisanya oleh virus dan penyebab lain.
Bakteri pneumokokus secara normal berada di tenggorokan dan rongga hidung (saluran napas bagian atas) pada anak dan dewasa sehat, sehingga infeksi pneumokokus dapat menyerang siapa saja dan dimana saja, tanpa memandang status sosial. Percikan ludah sewaktu bicara, bersin dan batuk dapat memindahkan kuman ke orang lain melalui udara. Terlebih dari orang yang berdekatan misalnya tinggal serumah, tempat bermain, dan sekolah. Jadi, siapa pun dapat menularkan kuman pneumokokus.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko penularan pneumokokus diantaranya adalah anak usia di bawah lima tahun (balita); mal, tempat penitipan anak/playgroup; polusi dan lingkungan perokok; bayi lahir prematur; bayi yang tidak mendapatkan ASI; hunian padat; pergantian cuaca; musim hujan; serta penderita penyakit kronis seperti asma, HIV, penyakit gangguan darah, jantung dan sistem imunologi.
Pneumonia (radang paru), menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal. Pneumonia menjadi penyebab 1 dari 5 kematian pada anak balita. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang sering menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).
Dalam tuntutan menurunkan angka kematian Balita menjadi duapertiga pada tahun 2015, maka sudah seharusnya semua negara, khususnya negara-negara berkembang, kembali memberikan perhatian terhadap pneumonia.
III. Solusi dari Akar Permasalahan
a. Target
Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, di tahun 2010 angka kematian bayi masih 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Gb 3. prospek AKB di Indonesia
b. Solusi
Kesehatan sangat penting bagi seseorang, oleh karena itu perlu diperhatikan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, baik itu kesehatan diri sendiri, keluarga maupun lingkungan.
Perlindungan dan pelayanan kesehatan bagi golongan miskin dan kelompok rentan diperdesaan dan wilayah terpencil, serta kantong-kantong kemiskinan di daerah perkotaan,merupakan salah satu strategi kunci untuk menurunkan angka kematian anak.
Penerapan desentralisasi kesehatan menjadi tantangan yang cukup berat bagi pelayanan kesehatan secara umum karena pembagian tugas dan wewenang di bidang kesehatan yang belum sepenuhnya dipahami. Selain perlunya intervensi yang cost-effective, kerjasama lintas sektor bagi upaya penanggulangan kemiskinan akan sangat berperan dalam peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak secara umum
Mengurangi resiko ispa. bisa dilakukan dengan menjaga imunitas agar tetap tinggi, menjaga agar lingkungan tetap bersih dan beberapa upaya lainnya.
c. Proses penyelesaian masalah
Salah satu penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyebab kematian utama pada bayi usia di bawah lima tahun (Balita) adalah pneumonia khususnya di negara-negara berkembang. Artinya perlu ada perhatian khusus pada Pneumonia. Untuk itu diadakannya “Gebrakan Brantas Pneumonia”, yang diantaranya ada beberapa tahap berikut;
Sebelum melakukan sesuatu program terlebih dahulu harus mengkomunikasikan maksud dan tujuan dari suatu program. Untuk itu perlu diadakan peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang Pneumonia, bisa diiklankan di televisi, melalui puskesmas, posyandu dan juga perangkat desa. Pengetahuan itu berupa ciri ciri Pneumonia, cara pencegahan dan juga tindakan yang harus dilakukan apabila terlanjur mengidap Pneumonia.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pemberian imunisasi Hib dan IPD untuk mencegah terserang pneumonia. Dimana ini sangat diperlukan, terutama pada daerah yang mungkin kumuh atau kurang aksess yankes. Petugas kesehatan harus secara tanggap terhadap diagnosis penyakit bayi dan penerapan Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) dalam menangani Balita sakit, jangan sampai ada istilah terlambat penanganan. Disamping itu juga perlu adanya suatu desa siaga dan keluarga siaga. Dimana para anggota keluarga tidak boleh mengganggap remeh apabila bayi mereka sakit, segera mungkin harus diperiksakan ke tenaga medis. Aparat desa harus memperhatikan kesejahteraan warganya dan membantu dalam proses aksess kesehatan apabila ada bayi yang sakit.
Aparat beserta warga menjaga lingkungan, menjaga kebersihan dan hindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit. Pastikan orang yang akan menyentuh bayi dalam keadaan bersih. Mewajibkan setiap rumah untuk mempunyai cendela sebagai sirkulasi udara dalam rumah serta menjaga imunitas bayi dengan nutrisi yang cukup.
Sebenarnya masalah kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks, perlu adanya kerjasama antara bidang kesehatan, tata letak lingkungan, ekonomi, serta pengetahuan dan kesadaran masyrakat. Tanpa semuanya bersatu tidak akan pernah di dapat kesehatan yang di idam idamkan.
IV. Daftar Pustaka
KapanLagi.com - Pneumonia
ranking_Infant_Mortality_Rate_aall_files/ads.htm
info@puskom.depkes.go.id
CIANJUR—bkkbn online : Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,
http://www.undp.or.id/pubs/imdg2005/BI/TUJUAN%204.pdf
http://prov.bkkbn.go.id
http://www.menkokesra.go.id
nita-medicastore.com
Cunha, Burke. The Atypical Pneumonias, An Issue of Infectious Disease Clinics .2007
UNICEF/WHO.Pneumonia The Forgotten Killer of Children.2006
by anna mahsusoh FKM 2009 Read More......
a. Pengertian AKB
Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen.
Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neonatal; adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan.
Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar.
Angka Kematian Bayi menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan Angka Kematian Bayi untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka program-program untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan Ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus.
Sedangkan Angka Kematian Post-NeoNatal dan Angka Kematian Anak serta Kematian Balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gisi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun.
b. Keadaan dan kecenderungan
Kematian balita dan bayi. Pada tahun 1960 angka kematian balita (AKB) masih sangat tinggi yaitu 216 per 1000 kelahiran hidup. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-2003 menunjukkan terjadinya penurunan AKB hingga mencapai 46 per 1.000 kelahiran hidup pada periode 1998-2002. Rata-rata penurunan AKBA pada dekade 1990-an adalah sebesar 7 persen per tahun, lebih tinggi dari dekade sebelumnya sebesar 4 persen per tahun. Pada tahun 2000 Indonesia telah mencapai target yang ditetapkan dalam World Summit for Children (WSC) yaitu 65 per 1000 kelahiran hidup.
.
Gambar 1. Kecenderungan Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Balita
Angka kematian bayi juga menurun tajam menjadi 35 per 1.000 kelahiran hidup pada kurun 1998-2002. Walaupun begitu, angka kematian bayi ini masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara anggota ASEAN, yaitu 4,6 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,3 kali lebih tinggi dari Filipina dan 1,8 kali lebih tinggi dari Thailand. Variasi kematian bayi antar propinsi masih cukup besar, dengan kematian paling tinggi terjadi di Nusa Tenggara Barat yaitu hampir lima kali lebih tinggi dari angka kematian bayi di Yogyakarta.
gb. 2 Graffik kecenderungan AKB
Tingginya kematian anak pada usia hingga satu tahun,menunjukkan masih rendahnya status kesehatan ibu dan bayi baru lahir.
Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, di tahun 2010 angka kematian bayi masih 32 per 1.000 kelahiran hidup.
II. Pneumonia Penyebab utama Tingginya AKB
a. Penyebab2 AKB
Gb 3. bagan factor penyebab AKB
Penyebab kematian bayi dipengaruhi oleh multi factor, tidak bisa dipungkiri bahwa bayi manusia merupakan bayi terlemah diantara bayi bayi makhluk hidup lainnya. Bayi manusia sangat rentan dengan berbagai hal, sehingga salah sedikit saja factor yang mendukung kelangsungan hidup teganggu, dapat menyebabkan hal yang fatal yaitu kematian bayi.
Berikut ini beberapa kondisi yang menyebabkan angka kematian bayi masih tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya;
Faktor perilaku manusia, masih rendahnya pengetahuan serta kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, terutama pada bayi. Perilaku ibu hamil dan keluarga serta masyarakat yang belum mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Negara Indonesia merupakan Negara yang multi cultural, beragamnya cultural di Indonesia mempunyai citra positif tersendiri, namun di lain pihak seringkali cultural merupakan tindakan tindakan yang tidak mendukung perilaku hidup bersih dan sehat. Seperti kebiasaan minum air mentah dari pada air yang sudah dimasak, lebih senang melahirkan di dukun dari pada di tenaga medis, tidak memeriksakan kandungan sesuai dengan yang disarankan, dsb.
Factor pelayanan kesehatan, rendahnya akses dan kualitas pelayanan kesehatan ibu dan anak di Indonesia, terutama di wilayah terpencil dan untuk orang miskin. Angka kematian bayi pada kelompok termiskin adalah 61 per 1.000 kelahiran hidup, jauh lebih tinggi daripada golongan terkaya sebesar 17 per 1.000 kelahiran hidup. Rendahnya status kesehatan penduduk miskin ini terutama disebabkan oleh terbatasnya akses terhadap pelayanan karena kendala kendala biaya (cost barrier), geografis dan transportasi.
Faktor Penyakit, penyakit infeksi yang merupakan penyebab kematian balita dan bayi seperti infeksi saluran pernafasan akut, diare dan tetanus,. Tiga penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), komplikasi perinatal dan diare. Gabungan ketiga penyebab ini memberi andil bagi 75% kematian bayi. Pola penyebab utama kematian balita juga hampir sama yaitu penyakit saluran pernafasan, diare, penyakit syaraf – termasuk meningitis dan encephalitis – dan tifus.;
Faktor lingkungan, kebersihan lingkungan sangat berperan dalam masalah kesehatan individual serta menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam penularan penyakit. Penyakit penyakit yang tersebut di atas lebih sering terjadi pada kelompok status sosial rendah/ kemiskinan.
b. Pneumonia penyebab utama
Salah satu penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyebab kematian utama pada bayi usia di bawah lima tahun (Balita) adalah pneumonia khususnya di negara-negara berkembang.
Infeksi pneumokokus merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan bakteri Streptococcus pneumoniae, yang dikenal juga sebagai pneumokokus. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan, infeksi pneumokokus menyebabkan sekitar 1,6 juta kematian setiap tahun, 700.000 hingga satu juta di antaranya adalah anak usia di bawah lima tahun (balita). Infeksi pneumokokus mayoritas terjadi di negara berkembang.
Pneumonia adalah penyakit saluran nafas bagian bawah. Pneumonia seolah menjadi penyakit yang 'terlupakan', padahal sekitar dua juta Balita setiap tahun meninggal dunia, karena penyakit itu jauh melebihi kematian yang disebabkan AIDS, Malaria dan Campak, kata dr. IGG Djelantik Sp A,C, Kamis (23/10).
Di kawasan Asia - Pasifik diperkirakan sebanyak 860.000 Balita meninggal setiap tahunnya atau sekitar 98 anak setiap jam.
Berdasarkan data WHO/UNICEF tahun 2006 dalam “Pneumonia: The Forgotten Killer of Children”, Indonesia menduduki peringkat ke-6 dunia untuk kasus pneumonia pada balita dengan jumlah penderita mencapai 6 juta jiwa. Diperkirakan sekitar separuh dari total kasus kematian pada anak yang menderita pneumonia di dunia disebabkan oleh bakteri pneumokokus. Secara nasional angka kejadian Pneumonia belum diketahui secara pasti, data yang ada baru berasal dari laporan Subdit ISPA Ditjen P2M-PL Depkes RI tahun 2007.
Dalam laporan tersebut disebutkan, dari 31 provinsi ditemukan 477.429 anak Balita dengan pneumonia atau 21,52 persen dari jumlah seluruh Balita di Indonesia. Proporsinya 35,02 persen pada usia di bawah satu tahun dan 64,97 persen pada usia satu hingga empat tahun.
Di Nusa Tenggara Barat (NTB) yang merupakan provinsi dengan angka kematian Balita tertinggi (102/1.000 kelahiran hidup) di Indonesia, angka kejadian pneumonia berat 21 per 100 anak yang di-observasi selama satu tahun.
Pneumonia yang dirawat di rumah sakit 83 per 100 anak dan Pneumonia yang secara radiologik menunjukkan 18 per 100 anak yang di-observasi selama satu tahun. Tidak mengherankan kalau di NTB, pneumonia juga merupakan penyebab kesakitan dan kematian terbanyak pada Balita.
Lebih lanjut dikatakan, dengan mengutip data-data WHO dan Unicef, 50 persen dari Pneumonia disebabkan oleh kuman 'Streptokokus pneumoniaen' (IPD) dan 30 persen oleh Haemophylus Influenza type B (Hib), sisanya oleh virus dan penyebab lain.
Bakteri pneumokokus secara normal berada di tenggorokan dan rongga hidung (saluran napas bagian atas) pada anak dan dewasa sehat, sehingga infeksi pneumokokus dapat menyerang siapa saja dan dimana saja, tanpa memandang status sosial. Percikan ludah sewaktu bicara, bersin dan batuk dapat memindahkan kuman ke orang lain melalui udara. Terlebih dari orang yang berdekatan misalnya tinggal serumah, tempat bermain, dan sekolah. Jadi, siapa pun dapat menularkan kuman pneumokokus.
Beberapa faktor yang meningkatkan risiko penularan pneumokokus diantaranya adalah anak usia di bawah lima tahun (balita); mal, tempat penitipan anak/playgroup; polusi dan lingkungan perokok; bayi lahir prematur; bayi yang tidak mendapatkan ASI; hunian padat; pergantian cuaca; musim hujan; serta penderita penyakit kronis seperti asma, HIV, penyakit gangguan darah, jantung dan sistem imunologi.
Pneumonia (radang paru), menyebabkan lebih dari 2 juta anak balita meninggal. Pneumonia menjadi penyebab 1 dari 5 kematian pada anak balita. Streptococcus pneumoniae merupakan bakteri yang sering menyerang bayi dan anak-anak di bawah usia 2 tahun. Sejauh ini, pneumonia merupakan penyebab utama kematian pada anak usia di bawah lima tahun (balita).
Dalam tuntutan menurunkan angka kematian Balita menjadi duapertiga pada tahun 2015, maka sudah seharusnya semua negara, khususnya negara-negara berkembang, kembali memberikan perhatian terhadap pneumonia.
III. Solusi dari Akar Permasalahan
a. Target
Sasaran Millenium Development Goals (MDGs) yaitu Angka Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi 23 per 1.000 KH pada tahun 2015, perlu upaya percepatan yang lebih besar dan kerja keras karena kondisi saat ini, di tahun 2010 angka kematian bayi masih 32 per 1.000 kelahiran hidup.
Gb 3. prospek AKB di Indonesia
b. Solusi
Kesehatan sangat penting bagi seseorang, oleh karena itu perlu diperhatikan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, baik itu kesehatan diri sendiri, keluarga maupun lingkungan.
Perlindungan dan pelayanan kesehatan bagi golongan miskin dan kelompok rentan diperdesaan dan wilayah terpencil, serta kantong-kantong kemiskinan di daerah perkotaan,merupakan salah satu strategi kunci untuk menurunkan angka kematian anak.
Penerapan desentralisasi kesehatan menjadi tantangan yang cukup berat bagi pelayanan kesehatan secara umum karena pembagian tugas dan wewenang di bidang kesehatan yang belum sepenuhnya dipahami. Selain perlunya intervensi yang cost-effective, kerjasama lintas sektor bagi upaya penanggulangan kemiskinan akan sangat berperan dalam peningkatan derajat kesehatan ibu dan anak secara umum
Mengurangi resiko ispa. bisa dilakukan dengan menjaga imunitas agar tetap tinggi, menjaga agar lingkungan tetap bersih dan beberapa upaya lainnya.
c. Proses penyelesaian masalah
Salah satu penyebab utama kematian bayi adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), penyebab kematian utama pada bayi usia di bawah lima tahun (Balita) adalah pneumonia khususnya di negara-negara berkembang. Artinya perlu ada perhatian khusus pada Pneumonia. Untuk itu diadakannya “Gebrakan Brantas Pneumonia”, yang diantaranya ada beberapa tahap berikut;
Sebelum melakukan sesuatu program terlebih dahulu harus mengkomunikasikan maksud dan tujuan dari suatu program. Untuk itu perlu diadakan peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang Pneumonia, bisa diiklankan di televisi, melalui puskesmas, posyandu dan juga perangkat desa. Pengetahuan itu berupa ciri ciri Pneumonia, cara pencegahan dan juga tindakan yang harus dilakukan apabila terlanjur mengidap Pneumonia.
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan dan pemberian imunisasi Hib dan IPD untuk mencegah terserang pneumonia. Dimana ini sangat diperlukan, terutama pada daerah yang mungkin kumuh atau kurang aksess yankes. Petugas kesehatan harus secara tanggap terhadap diagnosis penyakit bayi dan penerapan Manajemen Terpadu Balita Sehat (MTBS) dalam menangani Balita sakit, jangan sampai ada istilah terlambat penanganan. Disamping itu juga perlu adanya suatu desa siaga dan keluarga siaga. Dimana para anggota keluarga tidak boleh mengganggap remeh apabila bayi mereka sakit, segera mungkin harus diperiksakan ke tenaga medis. Aparat desa harus memperhatikan kesejahteraan warganya dan membantu dalam proses aksess kesehatan apabila ada bayi yang sakit.
Aparat beserta warga menjaga lingkungan, menjaga kebersihan dan hindari kontak langsung dengan orang yang sedang sakit. Pastikan orang yang akan menyentuh bayi dalam keadaan bersih. Mewajibkan setiap rumah untuk mempunyai cendela sebagai sirkulasi udara dalam rumah serta menjaga imunitas bayi dengan nutrisi yang cukup.
Sebenarnya masalah kesehatan adalah masalah yang sangat kompleks, perlu adanya kerjasama antara bidang kesehatan, tata letak lingkungan, ekonomi, serta pengetahuan dan kesadaran masyrakat. Tanpa semuanya bersatu tidak akan pernah di dapat kesehatan yang di idam idamkan.
IV. Daftar Pustaka
KapanLagi.com - Pneumonia
ranking_Infant_Mortality_Rate_aall_files/ads.htm
info@puskom.depkes.go.id
CIANJUR—bkkbn online : Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Jawa Barat,
http://www.undp.or.id/pubs/imdg2005/BI/TUJUAN%204.pdf
http://prov.bkkbn.go.id
http://www.menkokesra.go.id
nita-medicastore.com
Cunha, Burke. The Atypical Pneumonias, An Issue of Infectious Disease Clinics .2007
UNICEF/WHO.Pneumonia The Forgotten Killer of Children.2006
by anna mahsusoh FKM 2009 Read More......
Langganan:
Postingan (Atom)